GUGURNYA RAJA BATAK TOBA (SISINGAMANGARAJA XII)

Medan-Sisingamangaraja XII wafat pada 17 Juni 1907 saat disergap oleh sekelompok anggota Korps Marsose, sebuah pasukan khusus Belanda. Penyergapan tersebut dipimpin oleh Hans Christoffel di kawasan Sungai Aek Sibulbulon, di suatu desa bernama Si Onom Hudon, di perbatasan Humbang dengan Dairi.

Sisingamangaraja XII menghadapi pasukan Korps Marsose sambil memegang senjata Piso Gaja Dompak. Kopral Souhoka, seorang penembak jitu pasukan Marsose, mendaratkan tembakan ke kepala Sisingamangaraja XII tepat di bawah telinganya.

Menjelang nafas terakhir, ia tetap berucap, “Ahu Sisingamangaraja” (bahasa Indonesia: “Aku Sisingamangaraja”). Turut gugur bersamanya adalah kedua putranya, Patuan Nagari Sinambela dan Patuan Anggi Sinambela, serta putrinya, Lopian br. Sinambela. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung.

Dibawah ini adalah foto anak-anak Sisingamangaraja yang didokumentasikan Belanda. Pengasuhan anak-anak dipercayakan kepada Misionaris Henoch. Anak-anak tersebut kemudian di murtadkan oleh Belanda dari agama ayahnya (Di Kristenkan).(Red)