29 laskar rempah 20 pendamping itu akan bersandar di Pelabuhan Dumai pada tanggal 16 bulan enam 2024

DUMAI – Setelah menyelesaikan kunjungan di Belitung Timur (Beltim) pada Rabu (12/6) lalu,

peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 KRI Dewaruci mulai berlayar rute Selat Melaka menuju Dumai, Riau.

Para laskar rempah sebutan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) KRI Dewaruci akan menempuh jarak 588 mil laut dan memakan waktu kurang lebih empat hari untuk bersandar di pelabuhan Pelindo Dermaga C Dumai.

“Kita akan berlayar ke Dumai sepanjang 588 mil laut yang akan memakan waktu selama empat hari, semoga cuaca selalu mendukung,” kata Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P) Rhony Lutviadhany.

Jika tak ada aral melintang, sesuai jadwal kapal legendaris KRI Dewaruci yang mengangkut 29 laskar rempah 20 pendamping itu akan bersandar di Pelabuhan Dumai pada Ahad (16/6) pagi.

Saat bersandar, kapal kebanggaan Indonesia yang saat ini masuk sebagai cagar budaya itu akan membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk mengenal lebih dekat sejarah kapal yang sudah mengelilingi belahan dunia itu.

Tradisi Mandi Khatulistiwa dilakukan dengan memandikan setiap orang yang pernah berlayar bersama KRI Dewaruci dan melewati garis khatulistiwa.

Sebuah tradisi yang sudah dilakukan di KRI Dewaruci sejak puluhan tahun lalu.

Saat dimandikan, mereka juga diberi nama Baptis yang diambil dari nama-nama bintang.

Setelah dimandikan, mereka juga akan mendapatkan sertifikat bahwa pernah berlayar dan ikut ‘Mandi Khatulistiwa’ di KRI Dewaruci.

Kegiatan Mandi Khatulistiwa dimaknai sebagai bentuk penyucian diri bagi seorang pelaut atau orang yang berlayar dengan maksud menggugurkan kotoran-kotoran yang ada di dalam tubuh.

Di mana tradisi Mandi Khatulistiwa ini ditujukan bagi penumpang baru di KRI Dewaruci dilakukan tanpa terkecuali, tua, muda, perwira maupun prajurit.

Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P) Rhony Lutviadhany menyebutkan, kegiatan Mandi Khatulistiwa ini adalah tradisi yang selalu dilaksanakan di KRI Dewaruci.

“Tradisi Mandi Khatulistiwi ini pertama kali adanya di KRI Dewaruci, baru kemudian ada di KRI-KRI lain,” ucap Rhony.