Al-Arish, Mesir(kompassindonesia.my.id)  – Ribuan aktivis dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Al-Arish, Mesir, Rabu (12/6/2025), dalam aksi solidaritas bertajuk Global March to Gaza. Mereka berencana bergerak menuju Rafah, satu-satunya pintu perbatasan Gaza yang tersisa, untuk menuntut dibukanya akses kemanusiaan ke wilayah yang dikepung. Namun, upaya mereka dihadang oleh otoritas Mesir.

Aksi Global March to Gaza digagas sebagai bentuk solidaritas internasional terhadap krisis kemanusiaan yang melanda warga Gaza. Ribuan peserta dari lebih dari 50 negara berkumpul sejak Selasa (11/6) di Kairo dan melanjutkan perjalanan ke Al-Arish, sekitar 50 kilometer dari perbatasan Rafah.

Mereka berencana melakukan perjalanan kaki selama tiga hari menuju Rafah dan mendirikan kamp selama 72 jam untuk menekan pembukaan perbatasan.

Lebih dari 4.000 aktivis terlibat dalam aksi ini, termasuk peserta dari Aljazair, Maroko, Turki, Swiss, Spanyol, hingga Australia dan Amerika Serikat. Banyak di antara mereka merupakan relawan kemanusiaan, aktivis hak asasi manusia, dan tokoh masyarakat sipil.

Alih-alih mendukung aksi kemanusiaan tersebut, otoritas Mesir justru menahan dan mendeportasi ratusan peserta. Associated Press melaporkan sekitar 200 orang ditahan, sebagian besar berasal dari Aljazair dan Maroko. Mereka disebut belum mengantongi izin keamanan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam aksi tersebut.

Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk sejak serangan militer besar-besaran Israel dalam beberapa bulan terakhir. Blokade ketat menyebabkan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak dan lansia, terancam tanpa akses pada pangan, obat-obatan, air bersih, dan listrik.

“Ini bukan sekadar aksi politik, ini soal kemanusiaan. Dunia tidak boleh terus berdiam diri,” kata seorang aktivis dari Turki kepada Al Jazeera.

Para peserta mendesak agar pemerintah Mesir segera membuka akses penuh di perbatasan Rafah agar bantuan kemanusiaan internasional dapat masuk. Selain itu, mereka juga menyerukan kepada komunitas global untuk segera bertindak menghentikan genosida terhadap warga sipil Palestina.

Sejumlah organisasi internasional turut mendukung seruan pembukaan akses kemanusiaan tersebut. Namun hingga saat ini, tekanan diplomatik terhadap Mesir dan Israel masih berlangsung tanpa hasil konkret.

Aksi Global March to Gaza menjadi simbol bahwa di tengah diamnya banyak negara, suara nurani dunia masih hidup. Kini semua mata tertuju pada Rafah, menunggu apakah langkah kaki ribuan aktivis ini akan membuka jalan bagi harapan yang nyaris padam di Gaza.(Salim)

Sumber berita Referensi: Associated Press, El País, Al Jazeera.